Senin, 18 Mei 2009

Ketika "hujan" menginspirasi "satu bintang"

Tik...Tik..Hujan ini...



Dua hari ini hujan datang.
Membawa kesegaran yang mengantar kerinduan tersendiri.
Membasuh, mengisi tiap rongga – rongga ruang kekeringan yang tengah mewujud hati.
Menabur serpihan, berikan ketenangan.
Berharap menuai rumput hijau yang penuh semangat.


Ingat, saat kemarin hujan datang sayang.
Menyapa mesra kegelisahan hingga lelah sendiri dan berganti pasti.
Ku biarkan saja, hujan membasahi.
Menyentuhku dengan semua tetesan waktu.
Terasa dinginnya tiap butiran percikan, yang memelukku dengan rikuh.


Hari ini, kembali dikunjungi hujan.
Kali ini tampak deras, beringas.
Bagai mengendus – endus mencari jalan tujuan.
Biarkan mengalir, karena tahu pasti bermuara, I wish..


Dan esok, mungkinkah hujan datang kembali?
Kira - kira bawa apakah ia kali ini?
Yang ku tahu, selalu bawa nuansa rindu di sini.


Pkl. 21.55 WIB
Ketika ”Hujan” menginspirasi ”Satu Bintang”


Finally, hadir juga inspirasi. Ga nanggung – nanggung, datangnya pas banget. Pas hujan turun, pas dengerin lagunya antique yang judulnya ”Satu Bintang”. Hmmm, reff liriknya kena banget dihati. Gambaran perasaan banget (boleh tuh dicoba dengerin reff-nya, do..Hehehe ?-red). Iya nih, disini, di kota dengan aksen kental ”geh-nya” atau ”kita orang”, penuh dengan kejutan. Full seharian hujan. Luar biasa nikmat yang diberikan-Nya. Bisa dibayangkan, sumur di rumah pasti terisi penuh nih. Lho?! Bercanda.

Maksudku, hujan memberi kita banyak pelajaran ya. Di mulai dari pagi sudah di uji nyalinya. Bayangin dunk, udara waktu hujan bikin betah berlama – lama seakan selimut tak mau jauh dari kita. Yup, hujan bikin betah tidur. Tapi, jam menunjukkan waktu kewajiban. Kewajiban kepada-Nya yang kudu atau harus banget, ga bisa ga pokoknya yang must kita kerjakan. Belum lagi, kewajiban mengabdi kepada negara, mencari sekarung beras beserta lauk pauknya. Belum lagi pas di jalan, hujan menuntut kesabaran dan kestabilan emosi. Hasrat ini buru – buru tiba di kantor, membuat adrenalin memacu kendaraan dengan nyanyian klakson yang berlomba siapa yang paling tinggi suaranya. Tidak sampai di situ saja, pakaian dipakai pun mematik emosi pemakainya. Basah kuyup, terpaksa kering di badan dan hasilnya bisa ditebak. Lihat, benar – benar luar biasa bukan pelajaran hujan hari ini...

Banyak hal yang buatku suka banget dengan hujan. Salah satunya, sama alasannya dengan reffnya lirik lagu ”Hujan” milik salah satu band Indonesiaku yang cukup terkenal:

”Aku, selalu bahagia.
Saat hujan turun.
Karena aku dapat mengenangmu untukku sendiri.

”Aku, bisa tersenyum,
Sepanjang hari.
Karena hujan pernah menahanmu disini untukku.

Ckk..ckk, luar biasa bukan efeknya hujan. Kalau ceritanya seperti lirik diatas, ga apa – apa deh hujan tiap hari. Rela deh, ikhlas euy..Hehehe.

Hmm, hujan memang berikan nuansa tersendiri. Yang pasti bukan nuansa bening lho. Kira – kira kebahagiaan apa lagi yang dibawa hujan buat aku?
Ufh...tidur?? tidur ditemani hujan? Ih wow, di jamin molor ampe pagi tuh kalau teriakan alarm handphone volumenya ga dibuat mentok alias full kenceng banget. Hehhee..Its the right time, and the right place (ga nyambung-red). So, I’ve to go to my bed. Besok kudu kerja lagi setengah hari, seperti biasa kewajiban mengabdi kepada negara, menolong sesama yang butuh bantuan seperti slogan, ”mengatasi masalah tanpa masalah”.

Oche, lain waktu mudah – mudahan dateng ide lagi. Ga hanya dari hujan saja tapi dari apapun itu yang bisa jadi sumber inspirasi. Oia, ada yang kelupaan. Boleh tuh, dicoba dengerin reff lagunya antique ama utopia. Paling ga, mewakili perasaan disini.


B.Lampung City, May 15th 2009, 10:49 WIB, 11:49 WITA

Sebelumnya:
Sebelumnya tulisan ini dibuat udah 3 hari yang lau. Tapi baru bisa ke posting malem ini. Ga ada rencana sih mau ke warnet malem ni. Tapi, penasaran euy apaan yang ditulis ama si udo. Alhasil, dengan alasan beli jamu tolak angin akhirnya bisa keluar rumah juga malem ini. HweHwehwe...Oke, ku tunggu chapter-chapter selanjutnya yak...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar